Jumat, 15 Januari 2010

BAB III TAHSIN DAN TAQBIH (POLEMIK TENTANG PENENTUAN BAIK {TAHSIN} DAN BURUK {QOBIH})

A. Pendahuluan
Pembahasa tahsin dan taqbih merupakan materi yang di bahas ulama kalam. Bahasannya kemudian doperoanjnang oleh ulama ushul dalam materi bahasan hakim, walaupun ada juga yang telah menjadikan keduanya materi ushul fiqh yang khusus : tentang hasan dan qobih. Pembasanannya menimbulkan polemik yang tajam dan menarik, sehingga judul diberi tambahan “polemic tentang baik (hasan) dan buruk (qobih)”.
Karena pada awalnya merupakan materi bahasan kalam, maka polemic tentang peentuan baik dan buruk secara tajam tidak memparadoxkan dua mazhab utama ushul fiqh : mutakallimin dan ahnaf, melainkan tetap menjadikan mazhab-mazhab kalam. Mazhab yang di benturkan pendapatnya dalam asy’Ariyyah, Mu’tazillah, dan Maturidiyah. Pendapat hanafiyyah seolah hanya segbagai suplemen yan memperkuat satu dari ketiga kubu tersebut. jika dikelompokkan , tetap saja tyang terlibat adalah mutakalimin (Asy’ Ariyyah, Mu’tazillah, dan Maturidiyah) dan ahnaf (hanafiyyah), walaupun hanafiyyah bukan sebagai kubu yang mandiri.
Bahasan yang berpolemik ini antara lain : 1) mengenai pendefinisian dan pembagian hasan dan qobih, 2) bagaimana peran akal dan wahyu dalam menentukan baik dan buruk ? , yang bercabang kepada baik dan buruk sebelum dan setelah datang nya syariat, dan 3) bagaimana implikasidari pemngetahuan manusia tentang baik dan buruk terhadap takllif dan konsekuensi akhirat (pahala dan siksa) ?
B. Definisi dan Pembagian baik (hasan) dan buruk (qobih)
1. Definisi
Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai hasan (baik atau/kebaikan) dan qobih (buruk atau keburukan). Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan baik adalah segala hal yang selaras dengan tujuan pelakunya. Sementara buruk adalah hal-hal yang bertentangan dengan tujuan pelakunya, dengan pertimbangan terpenuhinya kesenangan atau terhindarnya dari kesusahan. Al-Gozali menambahkan satu istilah, ‘abats , yaitu hal-hal yang tidak sejalan dan tidak pula bertentangan dengant tujuan pelakunya.
Dengan definisi seperti ini, perbuatan manusia akan dipersepsikan berbeda berbanding lurus dengan berbedanya pemiiran manusia. Terkadang , satu perbuatan mendatangkan kesenangan bagi seseorang, sedangkan bagi yang lainnya mendatangkan kesengasaraan. Bahkan , akan berbeda dengan perbedaan zaman dan budaya (ahwal) manusia. Sehingga, tidak mungkin ada baik dan buruk yang essensi (dzati)
Ulama lainya mendefinisikan baik dan buruk berdsarkan selaras tidaknya dengan tujuan masyarakat. Yang dimaksud masyarakat adalah mayoritas orang yang akan mendapatkan akibat dari suatu perbuatan. Perbuatan dipertimbangakan dngan saut pertimbanga, kepentingan bersama. Kebaialkan adalah segala sesuatu yang mendatangkan kesenangan atau terhindarnya bahaya bagi mayoritas masyarakat. Sebaliknya keburukan adalah segala hal yang mendaytangkan bahaya atau yang merusak kesenangan mayoritas masyarakat, baik terhadap jiwa ataupun harta mereka.
Berdasarkan definisi ini, hukum (baik dan buruk) daspat ditetapkan secara univerasal . jujur, syukur nikmat, memenuhi janji, dan segsala hal yang mendatangkan manfaat bagi mayoritas masyarakat dianggap sebagai baik. Sementara bohong, kufur, mengingkari janji dan semua yang mendatangkan bahaya bagi mayoritas masyarakat dianggap sebagai buruk.
Pendapat kedua ini dikritisi oleh pengikut Asy’ariyyah. Mereka tidak setuju jika masyarakat dijadikan acuan untuk baik dan buruk. Menurut mereka, setiap manusia bersepakat atas satu kebaikan , ada saja undur buruk yang dimiliki kebaikan tersebut. Misalnya jujur, perbuatan ini amemang baik tetapi jika mnegkibatkan bahaya besar bagi umat jadilah ia perbuatab buruk. Begitu pula setiap manusia bersepakat tentang keburukan, ada saja unsure baik di dalamnya. Dengan demikian, baik dan buruk yang sejati tidak akan ada. Karenanya mereka berpendapat hanya Sya’ari (Allah dalam kasus yang lain Rasul-Nya) yang dapat menentukan sesuatu itu baik atau pun buruk. Sebagaimana definisi yang dikeukakan Al Syahrastany menurutnya, baik adalah perbuatan yang pelakunya dipuji oleh syara sementara buruk adalah perbuatanyng pelekunya dicela oleh syara.
Al Aniby yang dikutif Wahbah Al Zuhaily, mamaparkan alasandari kaum Asy ‘Ariyyah. Menurut Al Aniby , jika baik dan buruk merupakan sifat esensi dari suatu perbuatan, tentunya perbuatan tersebut selamanaya bernilai baik atau selamanaya sbernilai buruk.karena setiap yang esensi tidak berubah. Padahal, bohong umpamanya , terkadang diangap baik jika dilakukan untuk menjaga diri dari tangan orange yanga dzalim. Begitu pula jujur, dalam kasus tersebut dianggap buruk.
Aalasan ini, menutrut Al Zuhaialy lemah, karena keburukan essensi tidak bis ahilang oleh kebaikan yang dikandungnya. Buruknya bohong misalnya tidak hilang karena akibat baiknya menjaga jiwa dari orang adzalim. Begitu pula kebaikan essensi tidak hilang kerena akibat buruk yang itimbulkannya, seperti Shalat dilakukan di tempat yang belum ada izin dari pemiliknya (magsubah). Al Zuhgaialy tampaknya ingin menegasakan bahwa kebaikan selalu bernilai baik dan keburukan slu bernilai buruk. Bagaimana oun keadaanya, jika itu kebaiakan atau keburukan essensi. Akibat dari kebaikan dan keburukan tersebut adalah masalah lain, biukan merupakan faktor yang menghilangkan atau menumbuhkan nilai baik dan buruk.
Ibnu al thoyib (abi alhusain Muhammad ibn ali ibn al thyoyyib yang seorang penganut mutazilah)dan abu alhusain al bisyri agaknya berusaha msndefinisikan baik dan buruk dengan keluar dari apkah itu dari allah atau bukan,sembari dengan mengaitkan kepada implikasi perbuatan.keduanya dengan redaksi yang sama,berpendat bahwa baik adalah seseuatu yang harus dikerjakan oleh seseorang yang mampu mengerjakanya dan telah memahaminya secara mendalam(baik hukum ataupun akibatnya).dan iya tidak akan mendapatkan siksa dengan perbuatannya itu.adapun yang dimaksud buruk adalah Sesutu yang tidak boleh dilaksanakan oleh seseorang yang mampu mengerjakanya dan memahamimnya secra mendalam dan ia akn mendapatkan siksa dengan perbuatanya itu.
Definisi ini terlihat seperti focus kepada komitmen manusia dengan apa yang sudah di pahaminya.Jika seseorang tlah memahaminya keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu baik ketentuan hukum Nya bersumber dari wahyu ataupun akalnya,mau tidak mau ia harus mentaati komitmenya tersebut.Baik ataupun buruk bahka siksa,menurut definisi ini,ditentukan oleh ketaatan oleh komitmennya itu. Jika ia mentaatinya,dianggap baik dan tidak mendapat siksa,sementara jika ia tidak mentaatinya,dianggap buruk dan ia mendapat siksa.
2. Pembagian
Menurut al zuhaily,ulama hanafiyah membagi perbuatan baik kepada empat:
a. kebaikan esensi yang harus senantiasa ada:seperti iman.iman mesti ada dalam dada
mukallaf walaupun dalam keadaan terpaksa.
b. Kebaikan esensial (tetapi tidak harus senantiasa) ada; seperti shalat. Shalat terlarang untuk dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, bahkan haram bagi wanita yang sedang haid atau nifas.
c. Sesuatu yang persepsi baiknya dating dari Allah, seperti zakat dan puasa. Pada esensinya, zakat dianggap tidak baik oleh akal yang terbatas karena mengurangi/menghilangkan harta, begitu pula puasa karena menjauhi kesenangan dan kenikmatan (makan, minum, dan sex).
d. Sesuatu yang dianggap baik karena sebab lain yang tidak langsung dari Allah, seperti jihad (membunuh atau melukai manusia dalam perang fisik) dan hudud (menyiksa dan membunuh mu’min karena kesalahannya). Jihad dianggap baik karena untuk tujuan memerangi musuh dan mempertahankan diri. Hudud dianggap baik karena menghukum yang bersalah.
Sementara untuk keburukan, ulama hanafiah seperti yang diungkap Jalal al-Din Abd al-Rahman, membaginya juga kepada empat.
a. Keburukan esensi yang langgeng (dalam keadaan apapun tetap keburukan); seperti syirik dan zina
b. Keburukan esensi yang nilai keburukannya dapat hilang karena kondisi tertentu; misalnya memakan bangkai, yang tidak lagi dianggap buruk ketika keadaan bahaya (makhmasah)
c. Keburukan karena hal lain yang disebut buruk karena mengerjakannya; seperti puasa di hari raya, yang disebut buruk karena bertentangan dengan jamuan Allah pada hari raya. Mengerjakan puasa berarti mengerjakan hal yang bertentangan dengan yang diharuskan.
d. Keburukan karena hal lain, yang disebut buruk bukan karena mengerjakannya; seperti melakukan jual beli ketika adzan, (jumat). Setelah shalat jumat selesai, jual beli tidak lagi dianggap buruk.
Jika Hanafiah membagi baik dan buruk menurut esensi tidaknya kebaikan atau keburukan, Ibn Thayyib dan Qadli Abd al-Jabbar dari mu’tazilah membagi baik dan buruk berdasarkan kualitas baik buruknya serta implikasinya kepada pahala dan siksa. Ia membagi buruk kepada dua : besar dan kecil. Menurut keduanya keburukan yang kecil adalah keburukan yang jika dikerjakan dosa dan celanya lebih kecil daripada pahala dan pujian, sementara keburukan yang besar adalah keburukan yang jika dikerjakan pahalanya lebih kecil daripada dosanya. Keburukan besar dibagi dua berupa kufur dan bukan kufur.
Dengan pembagian ini, terlihat Ibn Thayyib dan Qadli Abd al-Jabbar agaknya berpandangan bahwa dalam keburukan mengandung unsure kebaikan yang mengakibatkan pahala. Hal ini dikuatkan pula oleh penjelasan Qadli al-Jabbar tentang hakikat keburukan; menurutnya keburukan adalah perbuatan yang jika dikerjakan oleh orang yang mampu melaksanakannya akan menyebabkan celaan atau siksa dari sebagian seginya. Menurutnya, batasan “Batasan seginya” memberikan pengecualian terhadap keburukan kecil yang pelakunya mendapatkan pahala, tetapi tidak sebesar siksa dosanya yang mendominasi segi-seginya.
Selain membagi keburukan berdasarkan kualitas dan implikasinya, Qadli Abd al-Jabbar juga membaginya berdasarkan keadaan darurat. Menurutnya keburukan dibagi dua :
a. Keburukan yang berubah keadaannya(menjadi bukan keburukan) karena keadaan terpaksa. Contoh keburukan jenis ini adalah mengucapkan kata-kata kufur yang dibolehkan ketika keadaan terpaksa, dengan syariat tidak disertai dengan keyakinan.
b. Keburukan yang tidak berubah keadaannya karena keadaan terpaksa, dengan kata lain, dalam keadaan bagaimanapun tetaplah keburukan. Contohnya membunuh sesame. Dalam keadaan terpaksa, seseorang tetap tidak dibenarkan membunuh; ia harus berpendirian bahwa siksa Allah karena membunuh lebih besar daripada siksa orang yang memaksa.
Untuk kebaikan, Ibn Thayyib dan Qadli abd al-jabbar juga membaginya kepada dua : pertama disebut mubah, yang ia definisikan kebaikan yang tidak memiliki sifat yang kuat untuk adanya pujian dan pahala. Kedua, adalah kebaikan yang memiliki sifat yang kuat yang berakibat kepada pujian /pahala, yang berwujud nadh dan wajib menurut Ibn Thayyib; nawafil dan wajibat menurut sang Qadli.

C. Peran Akal dan wahyu dalam Menentukan Baik (Hasan) dan Buruk (Qabih)

Menurut al-Zuhayly, Mu’tazilah cs (Karramiyah, Khawarij, Syi’ah Ja’fariyah, Barahimah, Tsanawiyah, dll) berpendapat bahwa mengetahui dan menentukan baik dan buruk merupakan kompensi akal (‘aqliyi), bukan kompetensi mutlak syari’at. Menurut mereka, akal mampu mengetahui baik dan buruk, baik tanpa analisa (dlarury), seperti menganggap baik terhadap jujur yang berakibat baik, dan bohon g yang berakibat bahaya; ataupun mengetahui keduanya melalui analisa (nadhar wa tafkir) terlebih dahulu, seperti anggapan baiknya jujur yang mendatangkan bahaya dan bohong yang mendatangkan manfaat untuk orang lain. Bagi mereka, kebaikan dan keburukan (kejahatan) bukanlah hasil samping irasional dan buta dari keimanan, melainkan setiap manusia memiliki kehendak bebas, dapat menguraikan gambaran rasional tentang kebaikan dan keburukan. Hukum Allah menurut mereka akan sejalan dengan baik dan buruk yang dipersepsikan akal ( تدر كه عقلهم على وفق ما). Kebaikan Allah serupa dengan kebaikan manusia. Akan tetapi sementara manusia bisa saja berbuat keburukan (kejahatan) mengingat keterbatasan pengetahuannya. Syari’at hanya berfungsi sebagai informator (mukhbir), bukannya penetap (mutsbit) hukum. Syari’at hanya menguatkan (mu’akkid) hukum yang diketahui akal tersebut.
Menurut Harun Nasution yang mengutip al-Syahrastani, kaum Mu’tazilah satu dalam berpendapat bahwa kewajiban mengetahui dan berterimakasih kepada tuhan dan kewajiban mengerjakan yang baik dan dan menjauhi yang buruk dapat diketahui oleh akal. Sudah barang tentu, bahwa sebelum mengetahui sesuatu hal adalah wajib, orang harus terlebih dahulu mengetahui hakikat hal itu sendiri. Tegasnya, sebelum mengetahui kewajiban berterimakasih pada Tuhan dan kewajiban berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat, orang harus mengetahui Tuhan dan mengetahui baik dan buruk. Sebelum mengetahui hal-hal itu, orang tentu tidak dapat menentukan sikap terhadapnya.
Tetapi, menurut Jalal al-Din Abd al-Rahman, Mu’tazilah juga mengakui ada kebaikan dan keburukan yang di luar jangkauan akal ( خفى على العقل), yang tidak dapat diketahui oleh akal baik secara dlarury maupun melalui analisa; melainkan hanya dapat diketahui dari syari’at, seperti jumlah rakaat dalam shalat. Setelah datangnya syari’at, terisilah kekosongan dan ktidakmampuan akal tersebut.
Alasan golongan (akal) ini, seperti diungkap al-syawkany, bahwa jika baik dan buruk tidak dapat diketahui akal sebelum datangnya syari’at, tentunya mustahil pula akal akan memahami baik dan buruk setelah datangnya syari’at , karena akal yang tidak mempunyai kemampuan menentukan baik dan buruk, tidak mampu mencerna dan menggambarkan baik dan buruk dari syari’at tersebut. Hal seperti ini, menurut mereka mustahil. Sehingga, mereka mengharuskan baik dan buruk diketahui (akal) manusia sebelum datangnya syari’at.
Argumentasi ini dijawab oleh al-Syawkany sendiri. Menurutnya, mengetahui syari’at bukanlah penggambaran rasional (tashawwur) tentang baik dan buruk. Walaupun sebelum datangnya syari’at kita menggambarkan (mempersepsikan) akibat suatu perbuatan yang akan mendatangkan siksa, pahala, pujian, dan cercaan; kita juga memprepsikan tentang tidak adanya akibat tersebut. Dengan penggambaran rasional seperti itu, tidakla serta merta kita mengetahui syari’at , karena mengetahui syari’at hanya dapat dicapai dengan pembenaran atau pengakuan (tashdiq) terhadap syari’at tersebut.
Menurut Asy’ariyah, baik dan buruk merupakan ketentuan syar’iy. Apa yang diperintahkan Allah seperti iman, shalat, haji adalah baik (hasan); sementara kufur, dan hal-hal lain yang dilarang Allah adalah buruk (qabih). Karenanya, seseorang tidak bia mengetahui dan menentukan sesuatu hal itu harus dikerjakan atau ditinggalkannya, sebelum dakwah sampai kepadanya, walaupun akalnya berpersepsi tentang baik atau buruknya hal tersebut. Asumsi madzhab ini seperti pendapat sebagian ulama Akhlak, bahwa penentu baik (khair) dan buruk (syar) adalah qanun.
Menurut al-Amidy (pendukung Asy’ariyah), jika semua kebaikan dan keburukan ditentukan oleh akal, tentunya pelaku keburukan atau yang tidak mengerjakan kebaikan akan mendapat siksa, padahal hal ini sangat bertentangan dengan dalil yang jelas dari Al-Quran surat Al-Isra (17) ayat 15 sebagai berikut :
وما كا نا معذ بين حتى نبعث ر سو لا
Kami bukanlah pengadzab, sehingga kami mengutus seorang Rasul
Ayat yag lainnya, Surat Thaha (20) ayat 134 :
Sekiranya kami binasakan mereka dengan adzab sebelum (Al-Quran diturunkan), tentulah mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayatMu sebelum kami menjadi hina dan rendah?”
Juga surat An-Nisa (4) ayat 165 :
(Mereka kami utus) sebagai Rasul-rasul yang member kabar gembira dan memberikan peringatan, agar tidak ada bagi manusia alas an setelah (diutusnya) Rasul-rasul itu.
Kaum Mu’tazilah menunjukkan bantahan terhadap hujjah al-Amidy tersebut. Menurut mereka, penyiksaan yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut bermakna penyiksaan didunia-bukan kelak di akhirat. Dalil yang mereka pakai adalah ayat yang pertama, yakni surat al-Isra (17) ayat 16 :
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (dengan mentaati Allah), tetapi mereka durhaka di negeri itu, maka berlakulah terhadapnya ketentuan Kami, sehingga Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Menurut mereka, alur (siyaq) ayat tersebut selaras dengan ayat sesudahnya. Ini menunjukkan kekhususan penyiksaan yang dimaksud. Mereka menambahkan, rasul yang dimaksud dalam ayat tersebut sebenarnya adalah akal. Akal merupakan “rasul” yang berada dalam diri manusia (rasul bathin) yang memberikan petunjuk dan peringatan seperti layaknya Rasul (Nabi), karena dalam tradisi Al-Quran, yang dimaksud Rasul adalah “man” (orang atau yang diorangkan) yang menyampaikan wahyu kepada manusia.
Walaupun demikian, Asy’ariyah dan mu’tazilah bersepakat mengenai kemampuan akal untuk mengetahui baik dan buruk dalam dua hal. Pertama, akal menetapkan sesuatu yang selarasv dengan tabiat manusia sebagai baik, seperti rasa manis, suara merdu, dan menyelamatkan orang yang tenggelam; dan menetapkan hal-hal yang tidak selaras dengan tabiat buruk, seperti rasa pahit, suara yang memekakan telinga, dan mengambil harta dengan cara tidak benar. Kedua, akal menetapkan hal-hal yang mempunyai sifat utama/lebih sebagai baik, seperti berilmu dan jujur; sementara hal-hal yang bersifat kurang sebagai buruk, seperti bodoh dan bohong.
Hampir sama dengan pendapat mu’tazilah, maturidiyah (sebagian dari mereka bermadzhab Hanafiyah) juga berpendapt bahwa baik dan buruk merupakan kompetensi akal, bukan hanya kompetensi mutlak syari’at, melainkan dapat diketahui oleh akal. Dalam perbuatan manusia terdapat karakter yang mendatangkan pengaruh / akibat, yang dengannya baik dan buruk perbuatan tersebut dapat ditentukan. Berdasarkan karakter tersebut, akal dapat menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk. Apa yang dipersepsikan akal sehat sebagai baik adalah baik, begitu pula buruk adalah apa yang dipersepsikan akal sebagai buruk. Tetapi menurut mereka, hokum-hukum Allah tidak harus sejalan dengan pemahaman akal tentang baik dan buruk, karena akal terkadang salah. Sehingga tidak ada jalan lain untuk mengetahui hokum Allah, kecuali melalui Rasulullah dan KitabNya.
Mereka berargumentasi, jika baik dan buruk hanya ditentukan syari’at, tentunya sebelum datangnya datangnya syari’at, tidak ada perbedaan (nilai)antara shalat dan zina. Hal ini menurut mereka, tidak bisa diterima. Alasan lainnya, jika hanya syari’at yang menjadi penentu baik dan buruk, tentunya diutusnya Rasul dan datangnya agama menjadi “pengacau dan perusak” alam, serta penyebab adanya kesusahan. Maksudnya, sebelum datangnya syari’at, manusia merdeka dan bebas untuk melakukan apa yang dikehendakinya, tanpa takut akan siksa. Kemudian, setelah Rasul dating, terbagilah perbuatan menjadi halal dan haram, yang akhirnya membagi manusia kepada dua : Mu’min dan kafir, suatu ahli surge, yang lainnya ahli neraka. Itu berarti datangnya Rasul merupakan pengacau dan pembuat kesusahan. Hal ini juga tidak sejalan dengan firman Allah, surat Al-Isra (17) ayat 15seperti diatas.

D. Taklif dan Pengetahuan tentang Baik (Hasan) dan Buruk (Qabih)
Dalam pasal ini akan dibahas apakah seseorang yang telah mengetahui hasan dan qabih di-taklif untuk melaksanakan atau meninggalkannya? Juga apakah berimplikasi terhadap pahala dan siksa karena pengetahuannya tersebut?
Menurut Abd Wahab Khalaf, Asy’ariyah berpendapat bahwa manusia hanya ditaklif oleh Allah untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu, jika telah sampai kepadanya dakwah Rasul dan Syariat Allah. Seseorang hanya diberi pahala dari pelaksanaan suatu perbuatan atau disiksa karena meninggalkan suatu perbuatan,jika ia telah mengetahui dari Rasul apa yang wajib dikerjakan dan yang wajib ditinggalkan. Perbuatan manusia, sebelum datangnya Rasul, sama sekali tidak terkait oleh hokum; sehingga kafir tidaklah haram, begitu pula iman, tidak wajib.
Bagi orang yang tinggal di daerah yang terisolir yang tidak sampai ke daerah tersebut dakwah Rasul, dan orang yang hidup pada masa fatrah (jeda anatara kematian Rasul dan diutusnya Rasul pengganti), mereka tidak ditaklif dan tidak berhak atas pahala dan siksa. Dalil yang dijadikan dasar madzhab ini adalah masih firman Allah, Surat Al-Isra (17) ayat 15 seperti diungkap sebelumnya.
Berbeda dengan asy’ariyah, menurut mu’tazilah seperti yang diungkap khalaf, dalam keadaan bagaimanapun manusia ditaklif oleh Alla, baik sudah sampai dakwah Rasulullah dan syari’at Allah kepadanya, atau belum. Bagi yang sudah sampai dakwah, mereka ditaklif oleh ketentuan syari’at ; sedangkan bagi manusia yang dakwah tidak sampai kepadanya, mereka ditaklif oleh Allah untuk mengerjakan sesuatu yang oleh akal mereka dipersepsikan baik. Jika mereka mengerjakannya, mereka mendapatkan pahala. Mereka juga ditaklif oleh Allah untuk meninggalkan sesuatu yang menurut akalnya buruk, dan mendapatkan siksa jika mereka mengerjakannya. Walaupun demikian menurut mereka mungkin saja Allah memberi pengampunan terhadap kesalahan tersebut.
Pendahulu Maturidiyah berpendapat bahwa akal-berlaku pula untuk anak kecil yang berakal-dengan sendirinya, terkadang mampu mengetahui hokum Allah, seperti iman, haramnya kufur, dan hal-hal yang tidak pantas dilakukan terhadap Allah. Orang yang tidak beriman dimungkinkan mendapatkan siksa dari Allah- jika belum dimaafkanNya-baik dakwah sudah sampai kepadanya ataupun belum. Mengenai ini, Abu Hanifah berkata “La udzr li ahad fi al-jahl bi khaliqihi lamma yara min al-dalail (tidaklah mengapa bagi seseorang tidak memahami Allah, selama ia belum mengetahui dalil-dalil).” Menurut pengarang Muslim al-Tsubut, yang dimaksud dalail mungkin berarti hasil analisa akal yang matang (ba’da madla muddat al-taammul). Pendapat mereka ini sejalan dengan mu’tazilah, tetapi mereka tidak memberikan kepastian terhadap adanya siksa. Namun generasi akhir maturidiyah mempersyaratkan sampainya dakwah untuk taklifnya seseorang. Menurut mereka, seseorang tidak dimungkinkan (la tu’tabar) mendapatkan pertanggung jawab dari apa yang ia kerjakan atau ia tinggalkan, sebelum datangnya syari’at. Pendapat generasi akhir ini sejalan dengan Asy’ariyah.
E. Penutup
Polemik agaknya mirip dengan ta’arudl dalam term Ushul ataupun hadits. Karenanya, disini polemic diperlakukan sebagai ta’-pendapat arudl al-hujjah, yang penyelesaiannya menggunakan empat tahapan : 1)jama’;2)tarjih;3)nasikh-mansukh;4)tawaquf. Namun, langkah ketiga tidak mungkin dilakukan karena “al-ijtihad laa yunqadl bi al-ijtihad.”
Jama’ berarti mencari “benang merah” dari polemic yang terjadi. Benang-benang merah tersebut antara lain :
1. Persepsi baik dan buruk syari’at (Allah dan Rasulnya) diterima oleh semua kubu yang berpolemik
2. Semua kubu berpendapat bahwa akal sehat dapat mengetahui baik dan buruk, walaupun mereka berbeda mengenai pengetahuan tersebut merupakan hokum atau hanya sebatas penggambaran rasional (tashawwur);
3. Wahyu atau Syari’at, bagi semua kubu merupakan hal utama yang mentaklif manusia, yang berimplikasi kepada pahala atau siksa di akhirat.
Jika ditarjih, dari semua kubu yang berpolemik, agaknya pendapat pendahulu maturidiyah-lah yang lebih bijak, karena pendapatnya terkesan menyuarakan pesan wahyu Assy’ariyah dan pesan akal mu’tazilah.
Mengenai pendapat khas dari masing-masing kubu, biarlah tetap mengalir dan berkembang. Tawaquf disini, diartikan dengan menghentikan “adu domba” dan penilaian, bukan membekukan pendapat mereka.

Rabu, 13 Januari 2010

Perkembangan Ushul Fiqh pada Masa Nabi

Di zaman Rasulullah SAW sumber hukum Islam hanya dua, yaitu Al-Quran dan Assunnah. Apabila suatu kasus terjadi, Nabi SAW menunggu turunnya wahyu yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila wahyu tidak turun, maka Rauslullah SAW menetapkan hukum kasus tersebut melalui sabdanya, yang kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah.
Hal ini antara lain dapat diketahui dari sabda Rasulullah SAW sebagai berikut :
“Sesungguhnya saya memberikan keputusan kepada kamu melalui pendapatku dalam hal-hal yang tidak diturunkan wahyu kepadaku.” (HR. Abu Daud dari Ummu Salamah).
Hasil ijtihad Rasulullah ini secara otomatis menjadi sunnah bagi Umat Islam. Hadits tentang pengutusan Mu’az Ibn Jabal ke Yaman sebagai qadi, menunjukkan perijinan yang luas untuk melakukan ijtihad hukum pada masa Nabi. Dalam pengutusan ini Nabi bersabda :
كيف تقض ادا عر ض لك قضا ء ؟ قال ا قض بكتا ب الله قال فا ن لم تجد ف كتا ب الله؟ قال فبسنة ر سو ل الله قال فان لم تجد في سنة ر سو ل الله قال اجتهد راى ولا لو فضرب رسو ل الله على صدره وقال ا ا لحمد ا ا لذي و فق رسو ل اللهكما ير ض ر سسو ل الله

“Bagaimana engkau (mu’az) mengambil suatu keputusan hukum terhadap permasalahan hukum yang diajukan kepadamu? Jawab mu’az saya akan mengambil suatu keputusan hukum berdasarkan kitab Allah (Al-Quran). Kalau kamu tidak menemukan dalam kitab Allah? Jawab Mu’az, saya akan mengambil keputusan berdasarkan keputusan berdasarkan sunnah Raulullah. Tanya Nabi, jika engkau tidak ketemukan dalam sunnah? Jawab Mu’az, saya akan berijtihad, dan saya tidak akan menyimpang. Lalu Rasulullah menepuk dada Mu’az seraya mengatakan segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik utusan Rasulnya pada sesuatu yang diridhai oleh Allah dan rasulnya.”
Hadits ini secara tersurat tidak menunjukkan adanya upaya Nabi untuk mengembangkan Ilmu Ushul Fiqh, tapi secara tersirat jelas nabi telah memberikan keluasan dalam mengembangkan akal untuk menetapkan hukum yang belum tersurat dalam Al-Quran dan Sunnah.
Artinya dengan keluwesannya Nabi dalam melakukan pemecahan masalah-masalah ijtihadiyah telah memberikan legalitas yang kuat terhadap para sahabat. Dalam sebuah haditsnya yang mengandung kebolehan bagi manusia untuk mencari solusi terhadap urusan-urusan keduniaan Rasulullah bersabda :
ا نتم ا علم با مو ر د نيا كم
“Kamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu.”
Dorongan untuk melakukan ijtihad itu tersirat juga dalam hadits Nabi yang menjelaskan tentang pahala yang diperoleh seseorang yang melakukan ijtihad sebagai upaya yang sungguh-sungguh dalam mencurahkan pemikiran baik hasil usahanya benar atau salah.
Selain dalam bentuk anjuran dan pembolehan ijtihad oleh nabi di atas, Nabi sendiri pada dasarnya telah memberikan isyarat terhadap kebolehan melakukan ijtihad setidak-tidaknya dalam bentuk qiyas sebagaimana dapat kita temukan dalam hadits-haditnya sebagai berikut :
جات ا مر ا ة خثيمية فقا لت يا ر سو ل ا لله ان ابى اد ر كته ف رضه احغ و لم يحج و هو لا يتمسك على الر حا لة لمر ضه افا حج عنه ؟ فقا ل ر سو ل الله عليه و سلم ار ايت لو كا ن على ا بيك دين اقتضيته عنه قا لت نعم قال فدين ا لله ا حق ان يقض
“Seorang wanita namanya Khusaimiah datang kepada nabi dan bertanya, Ya Rasulullah ayah saya seharusnya telah menunaikan haji, dia tidak kuat duduk dalam kendaraan karena sakit, Apakah saya harus melakukan haji untuknya? Jawab Rasulullah dengan bertanya bagaimana pendapatmu bila Ayahmu mempunyai utang? Apakah engkau harus membayar? Perempuan itu menjawab , Ya, Nabi berkata utang kepada Allah lebih utama untuk dibayar.
Hadits ini menggambarkan upaya qiyas yang dilakukan oleh Nabi, yaitu ketika seorang sahabat datang kepada Nabi yang menanyakan tentang keharusan penunaian kewajiban ibadah haji bapaknya yang mengidap sakit, Nabi menegaskan keharusan penunaiannya dengan melakukan pengqiyasan terhadap pembayaran utang antara sesama manusia.
Contoh lain terdapat dalam hadits sebagai berikut :
حد ثنا عبد ا الله ا بن اسما ء الضبعى حدثنا مهدى ابن ميمون حدثنا و اصل مو لى ابن عيله عن يحيىبن عقل بن يحيى ابن عمر ابن الا سو د القيل عن ابي دار و في بضع احد كم صدقة قالو ا يا رسول الله ايا تي احد نا شهوا ته و يكون له فيها اجر قال ارايتم لو وضعهافي حرام اكان عليه فيها وزر فكذا لك ادا و ضعها فى الحلال كان له اجرا

Hadits ini menggambarkan tentang penggunaan qiyas oleh nabi ketika menjawab pahala “menggauli istri”, Nabi menimpali pertanyaan itu dengan berkata berdosakah kalau seseorang bergaul secara zina? Demikian pula sebaliknya, kata Nabi.
Ada satu hal yang perlu dicatat, kehadiran Nabi sebagai pemegang otoritas tunggal dalam permasalahan-permasalahan hukum membuat Nabi sangat berhati-hati disatu pihak, dan terbuka dipihak lain. Sikap hati-hati yang ditempuh oleh Nabi dalam rangka penerapan hukum Islam bidang ibadah. Penjelasan Nabi yang berkaitan dengan ini cukup rinci. Wahyu memegang peranan sangat penting. Sikap terbuka yang ditempuh oleh Nabi dalam upaya pengembangan hukum Islam bidang muamalah.
Berbeda dengan ibadah, dalam muamalah penjelasan Nabi lebih banyak bersifat garis besar, sedangkan perincian dan penjelasan pelaksanaannya diserahkan kepada manusia. Manusia dengan akal yang dianugerahkan kepadanya diberi peranan lebih banyak. Artinya, ini pulalah salah satu faktor yang ikut mendukung terhadap pertumbuhan ilmu ushul fiqh selanjutnya.
Dalam beberapa kasus, Rasulullah SAW juga menggunakan qiyas ketika menjawab pertanyaan para sahabat. Misalnya ketika menjawab pertanyaan Umar Ibn Khatab tentang batal atau tidaknya puasa seseorang yang mencium istrinya. Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila kamu berkumur-kumur dalam keadaan puasa, apakah puasamu batal?” Umar menjawab:”Tidak apa-apa” (tidak batal). Rasulullah kemudian bersabda “maka teruskan puasamu.”(HR al-Bukhari, muslim, dan Abu Dawud).
Hadits ini mengidentifikasikan kepada kita bahwa Rasulullah SAW jelas telah menggunakan qiyas dalam menetapkan hukumnya, yaitu dengan mengqiyaskan tidak batalnya seseorang yang sedang berpuasa karena mencium istrinya sebagaimana tidak batalnya puasa karena berkumur-kumur.

Selasa, 10 November 2009

LANDASAN PENDIDIKAN

November 16, 2007 oleh syamsulberau

PENDAHULUANPendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah ini berusaha memuat tentang : landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . 1. Landasan HukumKata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang – Undang.b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan NasionalTidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.” 2. Landasan FilsafatFilsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar – akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :1. Esensialis2. Parenialis3. Progresivis4. Rekonstruksionis5. EksistensialisFilsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad – abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika.Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini. Tokoh filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John Dewey.Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita – cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total.Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri. 3. Landasan SejarahSejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :

1. Perubahan cara berfikir
2. Kemasyarakatan
3. Aktivitas
4. Kreativitas
5. Optimisme

4. Landasan Sosial BudayaSosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan PendidikanSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1. Imitasi2. Sugesti3. Identifikasi4. Simpati Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan (3) mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :1. Gagasan2. Ideologi3. Norma4. Teknologi5. BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :1. Kesenian2. Ilmu3. KepandaianKebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. 5. Landasan PsikologiPsikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a. Psikologi Perkembangan Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana Syaodih, 1988)1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4. Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b. Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran. 6. Landasan EkonomiPada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bias digali adalah sebagai berikut :

1. Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bias dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4. Usaha-usaha lain, misalnya :

a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakatb. Menjual hasil karya nyata anak-anakc. Membuat bazaard. Mendirikan kafetariae. Mendirikan took keperluan personalia pendidikan dan anak-anakf. Mencari donator tetapg. Mengumpulkan sumbanganh. Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :

1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya.
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4. Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas

Simpulan :Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . DAFTAR PUSTAKA Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Indira Permanasari, Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan , www.kompas.com/ Ditulis oleh : SYAMSUL BAHRIProgram Studi : S-2 Teknologi Pendidikan UNMUL Samarinda

ILMU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pendahuluan

Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Menurut Langgulung pendidikan Islam tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).

Arti pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.

Hakikat manusia menurut Islam adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.

Manusia sempurna menurut Islam adalah jasmani yang sehat serta kuat dan Berketerampilan, cerdas serta pandai.

Tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.

B. Pendidikan Dalam Perspektif Islam

Pengertian pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan. Pendidik Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).

Pendidik Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Para ahli pendidikan lebih menyoroti istilah-istilah dari aspek perbedaan antara tarbiyyah dan ta’lim, atau antara pendidikan dan pengajaran. Dan dikalangan penulis Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah kepada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor.

Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist). Menurut Prof. Dr. Mohammad Athiyah al Abrasyi pendidik itu ada tiga macam :

1. Pendidikan Kuttab

Pendidikan ini ialah yang mengajarkan al Qu’ran kepada anak-anak dikuttab. Sebagian diantara mereka hanya berpengetahuan sekedar pandai membaca, menulis dan menghafal al Qur’an semata.

2. Pendidikan Umum

Ialah pendidikan pada umumnya, yang mengajarkan dilembaga-lembaga pendidikan dan mengelola atau melaksanakan pendidikan Islam secara formal sperti madrasah-madrasah, pondok pesantren ataupun informal seperti didalam keluarga.

3. Pendidikan Khusus

Adalah pendidikan secara privat yang diberikan secara khusus kepada satu orang atau lebih dari seorang anak pembesar kerajaan (pejabat) dan lainnya.

C. Defenisi Ilmu Pendidikan Islam

Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori, tetapi isi lain juga ada ialah :

1. Teori.

2. Penjelasan tentang teori itu.

3. Data yang mendukung tentang penjelasan itu.

Islam adalah nama Agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw, yang berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia ; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada al Qur’an dan hadist serta aqal. Penggunaan dasarnya haruslah berurutan :al Qur’an lebih dahulu ; bila tidak ada atau tidak jelas dalam al Qur’an maka harus dicari dalam hadist ; bila tidak ada atau tidak jelas didalam hadist, barulah digunakan aqal (pemikiran), tetapi temuan aqal tidak boleh bertentangan dengan jiwa al Qur’an dan hadist.

D. Tujuan Umum Pendidikan Manusia

1. Hakikat manusia menurut Islam

Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.

Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi)

Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash ayat : 77 :

“Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh melupakan urusan dunia “

2. Manusia Dalam Pandangan Islam

Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani yang tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup didunia.

Manusia mempunyai aspek akal. Kata yang digunakan al Qur’an untuk menunjukkan kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution menerangkan ada tujuh kata yang digunakan :

1. Kata Nazara, dalam surat al Ghasiyyah ayat 17 :

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”

2. Kata Tadabbara, dalam surat Muhammad ayat 24 :

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”

3. Kata Tafakkara, dalam surat an Nahl ayat 68 :

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : “buatlah sarang-sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan ditempattempat yang dibikin manusia”.

4. Kata Faqiha, dalam surat at Taubah 122 :

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”

5. Kata Tadzakkara, dalam surat an Nahl ayat 17 :

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan apa-apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”.

6. Kata Fahima, dalam surat al Anbiya ayat 78 :

“Dan ingatlah kisah daud dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu”.

7. Kata ‘Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22 :

“Sesungguhnya binatang(makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli[1] yang tidak mengerti apa-apa-pun.

Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 :

“Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan kedalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”.

3. Manusia Sempurna Menurut Islam

A. Jasmani Yang sehat Serta Kuat dan Berketerampilan

Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam.

Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.

Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan - perkembangan Islam telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Mereka menganggapnya fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat Hud ayat 37 :

“Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan jangan kau bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu karena meeka itu akan ditenggelamkan”.

B. Cerdas Serta Pandai

Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di tandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut :

a) Memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi.

b) Mampu memahami dan menghasilkan filsafat.

c) Rohani yang berkualitas tinggi.

Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Karena kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap oleh indera.

Islam sangat mengistemewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al Qur’an tempatnya didalam kalbu.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :

“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.

Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.

Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :

1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi

1. Pembinaan akhlak.

2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.

3. Penguasaan ilmu.

4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :

1. Tujuan keagamaan.

2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.

3. Tujuan pengajaran kebudayaan.

4. Tujuan pembicaraan kepribadian.

Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :

1. Bahagia di dunian dan akhirat.

2. menghambakan diri kepada Allah.

3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.

4. Akhlak mulia.

E. PENUTUP

Ilmu dalam perspektif Islam bukan hanya mempelajari masalah keagamaan (akhirat) saja, tapi juga pengetahuan umum juga termasuk. Orang Islam dibekali untuk dunia akhirat, sehingga ada keseimbangan. Dan ilmu umum pun termasuk pada cabang (furu’) ilmu agama.

Dan umat Islam sempat merasakan puncak keemasannya, dimana disaat bangsa Eropa mengidap penyakit hitam, umat islam sudah menemukan sabun, di saat jalan-jalan di Eropa kumuh, gelap, tidak teratur, umat islam sudah punya jalan-jalan yang indah, penerangan, bahkan sistem irigasi yang sudah maju.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2001

Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998

Rabu, 04 November 2009

suara hati

Kalkulus..
huh!! kenapa aku belum juga mengerti tentangmu?
Kalkulus..
Jika esok kau kan datang,
hari ini aku tak bisa memejamkan mata,
karena khawatir berjumpa denganmu,
Kalkulus..
ketika bertemu denganmu di kelas,
tak ada sedikit pun bayangan tentangmu,
dan itu malah membuatku pusing,
dan mulutku pun mulai menguap
tapi camkan kalkulus!!
suatu hari ku kan bisa taklukkanmu!!

Karakteristik Seorang Fisikawan

Siapakah Fisikawan itu?
Dia adalah seorang seniman, tidak seperti seorang seniman sungguhan yang melukiskan keindahan di atas kanvas, namun ia melukiskan keindahan dengan bahasanya sendiri. Bahsa matematika.

Dia seorang yang romantis. Apabila ia mahir dalam menyampaikan suatu hal yang indah dengan bahasa matematika, tentunya ia lebih handal dalam menyampaikan keindahan dengan bahasa.

Dia juga seorang pahlawan pembela kebenaran. Seperti halnya yang dilakukan oleh Galileo, berani menantang maut untuk membela sebuah kebenaran. Bahwa sistem tata surya ini Heliosentris, bukan Geosentris.

Fisikawan sudah barang tentu adalah seorang matematikawan. Matematika baginya layaknya sebuah sarapan pagi, yang setiap hari bertemu.

Dia juga seorang yang berfilosofis.Karena ia selalu mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya.

And the last but not least, fisikawan adalah seorang yg religius. Ketika ia mengamati Alam, dia akan menemukan sebuah keteraturan padaalam ini. Dan keteraturan itu akan menghantarkannya kepada siapa yang menciptakan alam dan seluruh isinya.

Selasa, 03 November 2009

Asa II

"Kak...."
"Alah, ga usah manggil aku kayak gitu,,panggil aja Gi" kata si Ogi sok akrab. Hmmmm...syukur deh sebenarnya aku juga males manggil dia dengan sebutan Kak, bikin muak aja.
"mmm...menurut kamu Gi, nasib seorang manusia itu ditentukan oleh siapa?
oleh kita sendiri atau segala sesuatunya dari proses sampai hasilnya sudah diatur oleh Yang maha Kuasa?"
"Sebuah pertanyaan yang ga simpel jawabannya" si Ogi menanggapi. Kemudian dia meneruskan penjelasannya,
"ada perbedaan pendapat tentang masalah nasib manusia, tepatnya masalah takdir,"
"Trus?" aku makin penasaran dengan jawabannya, bukankah perkataan seseorang itu mewakili dirinya sendiri?!
" Ada faham yang mengatakan kalau nasib kita di dunia maupun di akhirat sudah tertulis dalam lauhul mahfudz, tapi bagi sebagian orang malah menjadikan faham ini sebagai alasan dari kemalasan mereka.
"Contohnya?" jujur saja aku belum begitu mengerti,
"Contohnya suka ada orang yang mengatakan.."Ah mungkin sudah nasibku seperti ini," padahal mungkin saja mereka belum berusaha secara maksimal. Dari perkataan mereka sepertinya mereka pasrah pada tantangan hidup."
"Dan faham yang kedua adalah orang-orang yang mempercayai bahwa takdir Allah adalah segala sesuatu yang telah mereka usahakan,"
"Kalau ga salah ada salah satu petikan ayat Al-Quran yang mengatakan bahwa Allah akan memberikan cobaan pada hambaNya sesuai dengan kemampuannya masing-masing," Bukankah dari ayat tersebut tersirat makna yang mengharuskan manusia untuk berusaha?" Seingatku sih penjelasan tentang takdir dan nasib manusia kurang lebih seperti itu,,
"Oh...aku manggut-manggut
"simpelnya, menurut aku sih nasib itu adalah sesuatu yang telah diusahakan."
"mmm...ternyata ga nyangka ya, orang seperti si Ogi ini punya pengetahuan tentang agama juga,,
makannya aku ga boleh menilai orang dari penampilannya.
"So, aku kuliah disini udah takdir aku juga?" tanyaku pada orang didepanku yang sedang asyik menyeruput es tehnya.
"Tergantung....." jawabnya cuek.
"Tergantung apa?"
"Tergantung pisang di warung....."
"Hahahahaha...."si Ogi tertawa dengan puasnya, aku jengkel dibuatnya.
"Sory, sory just kidding,"
"Aku diam saja, mungkin bibirku manyun 5 cm kali ya?! Ah..nggak..nggak terlalu berlebihan,,bukan manyun tapi cemberut, nah..itu lebih pas.
"Ya...tergantung, apa sebelumnya kamu udah berusaha secara maksimal atau nggak?! Jawabannya hanya kamu yang tau."
"Ia juga ya,
"Tenang aja kali fa, ga usah putus asa gitu,,Sekalipun berada di dalam lumpur, kalau berlian atau emas permata pasti tetap terlihat." si Ogi memberi semangat, niat usil ku muncul.
"Ia ya, aku permatanya kamu lumpurnya!!!" ejekku dengan puas.
"Hahahahaha...." Akhirnya aku bisa tertawa lagi setelah sekian lama awan mendung menggelayuti.

Sore itu menjadi awal kebangkitan semangat hidupku lagi,,ya...ga lepas dari peran si Ogi juga,,tiba-tiba dia hadir dalam hidupku dan memberiku support. Dan kini mentari hidupku bersinar lagi!
Bagaimanapun keadaannya aku ga boleh nyerah, aku harus jadi yang terbaik, terbaik dalam belajar, terbaik dalam memanfaatkan waktu, dan mempersembahkan yang terbaik bagi keluargaku.
Gi, whatever, thanx for your support! Batinku dalam hati.

***
Dengan menaiki si revo yang bannya agak-agak gundul itu, aku sampai di rumah. Ketika waktu makan malam tiba aku keluar kamar.
"Ayah mana Mah?" tanyaku pada Ibuku yang kudapati sendirian saja di dapur, biasanya jam segini Ayah sudah hadir diantara kami.
"Katanya sih ada meeting sama kliennya,"
"Jadi kita ga usah nunggu Ayah pulang," jawab Ibuku enteng.
Dan kamipun menikmati makan malam tanpa Ayah.

***

Di kamar,Jam 09.30
Kucoba etuk menghubungi Ayah, mungkin acara bersama kliennya sudah selesai.
"Assalamualaikum yah..."
"Waalaikum salam nak,,"
"Yah gimana meetingnya? Lancar?" tanyaku sok perhatian.
"La..lancar nak!"
"Sudah dulu yah, klien ayah mau pamit pulang"
"Oh,,ya sudah yah!"
"Hati-hati yah!"
klik sambungan telepon pun ditutup. Aneh, suara Ayah terdengar gugup. Tidak seperti biasa, ah...mudah-mudahan saja tidak terjadi apa-apa, batinku dalam hati.
Aku menepis prasangka burukku, tak pantaslah seorang anak mencurigai Ayahnya sendiri melakukan hal yang tidak-tidak. Anak macam apa aku ini?!

Hoooooaaaaammmnnn!!!
Aku pun merebahkan badanku diatas kasur. Hari ini setidaknya lebih cerah dari hari-hari kelabu yang telah kulalui, Ada mentari yang tiba-tiba muncul menyinari. Memberi kehangatan dalam kebekuan hidupku. Semangat! Semangat! Semangat!
Hemmm..aku senyam-senyum sendiri saat mengingat hari tadi, rambut si Ogi yang mengingatkanku pada si Ono, eh Christian Sugiono,
aku baru sdar ternyata si Ogi ga jelek juga, bahkan lebih dari itu, si Ogi tuh cakep!!

Duuh..apa-apaan sih Alfa!! Aku berusaha menyadarkan diri,
Si Ogi tuh bukan orang sembarangan di kampus, aktivis dengan paras yang rupawan pasti banyak cewek yang kesemsem sama dia,,mikir dong fa! Jangan sampai kamu naruh hati sama dia, nanti malah sakit hati.
***
Pulang dari kampus aku memutuskan untuk mampir dulu ke super market, sepertinya keperluan sehari-hari udah habis. Sebelum naik ke lantai 2, ada yang menarik perhatianku,
aih lucunya kerudung itu!sepertinya aku tambah cantik kalau pake kerudung itu,,,aduh...penyakit narsisku keluar lagi. Sadar karena aku ga bakalan bisa beli kerudung itu dalam waktu dekat, aku memutuskan untuk naik ke lantai 2. Kunaiki eskalator,,ketika aku menoleh ke sebelah kanan, dari sudut mataku aku melihat satu sosok yang sepertinya sangat aku kenal. Sosok itu berlawanan arah denganku, dia hendak turun ke lt 1, kulihat lebih jelas sosok itu, ya! Pria tinggi besar, memakai jas hitam, dan celana hitam, tak salah lagi kalau dia adalah Ayah! Tapi siapa wanita yang ia gandeng? Bukan istrinya,Ibuku. Tapi wanita lain. Kalau wanita itu adalah klien yang seperti semalam Ayah katakan, apakah pantas Ayah merangkul bahu wanita itu?! Pasti hubungan mereka lebih dari sekedar rekan bisnis belaka.
Kakiku terasa lemas, tak kuatlagi berjalan, apalagi mengejar Ayah untuk sekedar minta penjelasan. Penjelasan apa? toh semuanya sudah jelas, bahwa didepan mata kepalaku sendiri Ayah telah mengkhianati Ibu.
Bruuukkkk! Aku terjengkang kebelakang, ketika eskalator sampai di lantai 2. Beberapa orang membantuku berdiri.
"Hati-hati dong Mbak! " seorang ibu perhatian padaku.
"Naik eskalator kok mundur?!"
aku tersenyum kecut mendengar ucapan orang itu. Karena kamu ga tau beban apa yang barusan telah menimpaku! timpalku dalam hati.
***

Kenyataan ini begitu memilukan! Aku sudah tak ingat apa-apa lagi, yang kuinginkan saat itu adalah aku ingin sendiri, di sebuah tempat dan menumpahkan semua keluh kesahku.Untungnya aku masih bisa mengendalikan motorku.
Akhirnya aku sampai di sebuah mesjid,dan aku memutuskan untuk pergi ke wc, tempat yang paling aman untuk menangis. Tak kuat menahan air mata, akhiornya aku menangis di depan wastafel, entah berapa lama aku menghabiskan waktuku disana.
Saat terdengar adzan magrib, tangisku pun mulai reda, dan sedikit terasa ringan. Kubasuh mukaku dengan dinginnya air wudhu, semoga saja masalah-masalahku dapat terurai bersama aliran air wudhu.
Setelah menunaikan shalat maghrib aku memutuskan untuk tilawah beberapa lembar, terkadang diselingi isak tangis, semoga saja hatiku terasa lebih tenang dan juga menunggu waktu isya tiba.
Sebelumnya kukirim sms pada ibuku agar ia tidak khawatir, kusampaikan padanya kalau aku ada uruan kampus yang harus diselesaikan. Setelah shalat isya, dan ajaibnya batinku pun mulai terasa tenang,aku memutuskan untuk pulang. Aku beranjak ke parker area, dan mulai menstater si revo. Anehnya berkali-kali ku stater, si revo tak mau hidup juga. Ku coba menyelahnya, sama saja hasilnya nihil. Duh…revo kenapa sih? Disaat yang tidak tepat kamu malah mogok! Gerutuku dalam hati. Kucek pengukur nensin, ternyata bensinnya masih ada kok! Lalu dimana yang salah?Sayangnya aku byukan seseorang yang ahli dalam permesinan, baru bisa memakainya saja.
Disaat seperti ini, siapa yang harus kumintai bantuan? Ibu? Ah…ga mungkin banget, soalnya Ibu sama butanya seperti aku terhadap urusan permesinan. Ayah? Setelah kulihat dengan mata kepalaku sendiri apa yang ia lakukan, tidak! Teman dekat? Aduh…aku ga begitu dekat dengan teman-teman di kampusku, baru kurasakan kalau akhir-akhir ini aku terlalu introvert. Pilihan terakhir….Ogi?! Kenapa harus Ogi?! Karena dialah orang yang akhir-akhir ni dekat denganku, dan kalau tidak salah dia tinggal di sekitar sini. Malu sih sebenarnya, takut ngerepotin, nanti dia salah sangka kalau aku punya feel sama dia, tapi…mau gimana lagi? Masa harus pulang sambil dorong si revo? Si revo kan lumayan berat tuh! Ga lucu banget tuh!
Akhirnya, setelah menimbang-nimbang beberapa saat, kuberanikan diri tuk menelepon si Ogi .
“Assalamualaikum”
“Waalaikum salam”
“gi sory ganggu,” Aku memulai pembicaraan
“Ya ga papa,” suaranya terdengar berat, apa dia udah tidur ya?!
“Ada apa al?” tanyanya lagi
“Motorku mogok gi, aku gat au di bagian mana yang salah, so bisa minta bantuannya ga?” tanyaku penuh harap.
“Kamu ada di daerah mana Al?” tanyanya kemudian.
Klik, sambungan telepon pun terputus, sial hpku low batt. Duh..masa harus dorong si revo sih? Tapi sebelumnya, aku ga putus asa untuk melakukan usaha terakhir, menyelahnya, dan menstaternya. Tapi hasilnya tetap sama, si revo tak mau hidup. Akhirnya kudorong si revo, kukerahkan semua tenagaku, bismillahirrahmanirrahim…
Setelah sampai di pinggir jalan, dan menyebrang aku pun terus mendorong si revo. Keringat ku mulai bermunculan, duh..kayaknya keadaanku kacau banget ya, mata sembab, bau keringat seharian karena ga sempat mandi, ya Allah help me!!
Ajaibnya, di prempatan jalan doaku terkabul. Seseorang menaiki motor gede menghampiriku, dan ketika dia membuka helmnya, ga salah lagi dia si ogi!! Ya Allah thanks for your help!!
Si ogipun langsung menghampiri motorku, lalu entah bagian mesin yang mana yang dia otak-atik, sepertinya dia memang sudah persiapan membawa berbagai peralatan bengkel. Aku pun hanya mengamati si ogi sambil duduk di trotoar jalan. Beberapa menitpun berlalu, akhirnya si revo bisa hidup kembali.
“Gi makasih banyak ya, sory dah ganggu istirahat kamu!” Kataku.
“sama-sama Al, biasa aja kali ga usah sungkan!” jawabnya enteng.
“Mata kamu kenapa Al?” sifat penasaran si Ogi muncul lagi.
“mmm…itu kena debu,” jawabku mencoba berbohong.
“Kena debu? Bukannya kamu pake helm full face?” elaknya sambil menunjuk helmku yang emang fullface. Bingo! Aku ga bisa bohong.
“Kayak yang udah nangis deh!” sifat sok tahunya mulai lagi.
“Ya udah, kalau sekarang ga mau cerita, ntar kalau kamu udah mood berbagi, tinggal ngomong aja, key!!”
“ia..Gi,,,sekali lagi makasih banget ya, aku ga tau kalau ga da kamu mungkin aku baru nyampe rumah tengah malam!”
“Siip…”
Akhirnya aku bisa pulang juga dengan menaiki si revo. Kayaknya akumemang harus belajar sedikit tentang mesin deh, ya minimal kalau mogok aku ga kebingungan. Tapi belajar sama siapa? Ogi? Duuuh…Ogi lagi..ogi lagi…
Sesampainya di rumah, aku menyimpan si revo di garasi. Kulihat mobil avanza ayah sudah bertengger manis, berarti Ayah sudah datang. Aku memutuskan untuk langsung masuk kamar, namun ketika melewati ruang makan, kulihat Ayah dan Ibu sedang makan malam bersama, aneh…tadinya kukira bakal terjadi perang dunia ke tiga di rumah ini, nyatanya tidak. Berarti aku lah orang pertama yang mengetahui sepak terjang ayah, dasar laki-laki bermuka dua! Berani-beraninya mengkhianati Ibu!
“Al, sini makan bareng sama Ayah sama Ibu!” ajak ibu dengan nada penuh kasih saying. Sayangnya kali ini ajakan ibu berbuah penolakan.
“Kayaknya gadeh bu, tadi alfa udah makan diluar,” jawabku berbohong. Aku tahu sikapku ini salah, tidak sopan dan tidak seharusnya seorang anak bersikap seperti itu. Tapi kalau kasusnya seperti ini, tentu beda lagi urusannya.

Aku melepas kerudungku yang terasa lengket oleh keringat, setelah badanku terasa dingin, aku memutuskan untuk mandi. Setelah selesai aku mengenakan baju favoritku, yaitu baju tidur yang ukurannya kebesaran, karena memang baju ini dibelikan oleh paman yang ada di luar kota. Tapi baju ini malah memberikan kenyamanan bagi si pemakainya.
“Brukkk!” Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur, kubiarkan rambut panjangku yang masih basah tergerai. Kuamati langit-langit kamar, tapi beberapa saat kemudian langit-langit kamar berubah menjadi slide-slide kejadian tadi sore di mall.
“shit!!” kubanting guling yang ada di sampingku, dan guling itu mengenai meja rias, dan berhasil menyenggol gelas cantik berwarna biru.
“Prayy!” gelas kenang-kenangan dari seseorang di masa lalu itu pecah. Aku menyesaliperbuatanbodohku yang satu ini. Kenapa gelas itu yang harus jatuh dan pecah?!”
Tanpa berminat membereskan pecahan gelas itu aku membenamkan kepalaku ke dalam bantal, dan menumpahkan tangisku sejadi-jadinya. Mungkin dengan menangis rasa kesalku bisa sedikit berkurang.
***
Pagi harinya aku terbangun, dan setelah shalat shubuh aku teringat pada ogi, aku ingin bercerita padanya. Tak usah memberikan solusi, mendengarkan saja sudah cukup. Kukirim sms padanya,

Aslmkm, gi pgn crht niy, nanti siang ada wktu ga?

Selang beberapa menit, Ogi Membalas,

Ok, bisa. Jam brp? Dmn?
Aku pun membalas

Di Kedai buku, jam 10, thanx bfore :D

Siip..

Jam 10.00 am, aku sudah tiba di kedai buku. Sepertinya Ogi belum datang, akhirnya aku melihat-lihat koleksi buku yang ada di sana. Ku ambil satu buah novel karya penulis best seller dunia, Dan Brown. Judul buku itu “Angel and Demon.” Sepertinya buku ini bagus tuk di baca. Baru sampai halaman kedua, Ogi sudah ada di depanku. Aku ga sadar sejak kapan ia ada disana.
“Assalamualaikum al,” sapanya sambil duduk dihadapanku.
“Waalaikum slaam gi, jawabku.
Gimana dah baikan?” tanyanya sok perhatian, atau memang perhatiannya tulus.
“Lumayan….” Jawabku tak bersemangat,
Pramusaji pun datang, dan menawarkan menu yang ada hari ini,
“Saya jus alpukatnya mbak!” Ogi memesan.
“Saya capucino satu mbak!” kemudian pramusaji pun berlalu dari hadapan kami.
“Eh, bener kamu ga ada jadwal?” tanyaku memastikan.
“Bener lah al, ngapain aku bohong.” Jawabnya jujur.
“Kan kamu aktifis, biasanya kan sibuk! Aku beraergumen.
“masa sibuk terus, kali-kali refreshing boleh dong?” jawabnya.
Minuman kami pun datang.
“Cerita dong kamu kenapa semalam?” pinta si Ogi sambil menyeruput juus alpukatnya.
“Mmm…bingung mulainya darimana Gi,”
“ya..terserah deh mau mulai dari awal, dari tengah, dari akhir, aku siap dengerin kok!”
Duh,,,nih orang baik banget sih, batinku dalam hati.
“Gini…waktu kemarin aku pergi ke mall, aku liat dengan mata kepalaku sendiri, Ayahku jalan sama wanita lain,”
“Wanita lain?” ekspresi si ogi seperti yang kaget.
“mungkin aja relasinya kali Al?” ogi berusaha tuk berprasangka baik.
“Relasi kok bahunynya di rangkul gitu sih?” sanggahku dengan nada kesal.
tnang dulu al,”
“Kamu yakin orang itu ayah kamu?”
“Yakin 100%!” jawabku sungguh-sungguh,
“Aku ga mungkin salah liat Gi!”
“tu memang Ayah aku!”
“Ibu kamu tahu masalah ini?” Tanya si ogi
“Sepertinya belum,” hipotesisku, “soalnya semalam Ayah sama Ibu Al liat adem ayem aja tuh,"
“Ya udah, menurut aku, sekarang ini kamu cari kebenarannya dulu, jangan sampai ibu kamu tahu masalah ini. Mungkin saja ini kelakuan ayah kamu yang pertama dan terakhir,” paparsi Ogi.
“ya…mudah-mudahan saja,” jawabku pasrah.
“Kamu harus punya bukti, jadi suatu saat kesaksian kamu bisa dipercaya.” Tambahnya lagi.
“Ia juga ya, bukti, dan mungkin aku butuh waktu buat mengungkap kebenaran ini.” Jawabku.
“ya Al, yang sabar ya, mudah-mudahan kamu kuat jalani cobaan ini!” kata si ogi penuh simpati.
“Ya gi, semoga saja.”
“Gi, thanks ya udah mau dengerin aku, padahal aku tahu kamu pasti sibuk.
“Sama-sama Al, biasa aja kali, aku juga kan manusia biasa. Terkadang jadi pendengar, terkadang butuh di dengar.”
Si ogi pun yang kesekian kalinya menyeruputjus alpukatnya, aku pun jadi ingat capucinoku yang sedari tadi belum kusentuh sedikitpun.
“bay the way, kok bisa ya aku jadi deket sama kamu gi?”
“Mang kenapa sih Al, ga boleh ya aku temenan sama kamu?”Ogi balik nanya.
“bukannya ga boleh, tapi aku ngerasa aneh aja gitu,kmu kan orang yang yah,,bisa dibilang popular di kampus, secara kamu kan ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SMF), temenan sama aku yang cenderung ga mau dikenal.” Paparku panjang lebar.
“Ya bisa dong Al, di dunia ini apa sih yang ga mungkin?”
“tentunya dengan seijin Allah,”
“Sekarang aku Tanya sama kamu, apa ada aturan yang melarang aku temenan sama kamu, atau yang lain?”
Tanpa memberiku kesempatan tuk menjawab, dia sudah nyerobot duluan,
“Ga ada kan?””Silaturahmi tuh ya sama siapa ja, asalkan tidak merugikan.”
“bener ga?”
“Ya..ya..ya..kamu bener kok gi!” jawabku sambil menyunggingkan senyum.
Kemudian terdengar suara hpsi Ogi memekik,
“Sory Al, terima tlp dlu ya,”
“Monggo-monggo,,nyantai aja gi!” jawabku enteng.
Kemudian setelah selesai mengangkat teleponnya, dia duduk kembali. Namun aku bisa menangkap gerak-geriknya yang terlihat buru-buru.Aku pun memutuskan untuk mengakhiri pertemuan ini (cieeee…bahasanya pertemuan, masa kencan?)
“Da apa gi, rapat ya?”Aku asal nebak aja, yang pasti ada acara mendadak semacam itu.
“Ya…gitu deh”
“Sory ya Al, ga papa nih?” tanyanya memastikan.
“ya udah aku pulang aja ya, makasih banget ya gi, buat hari ni!”
“sama-sama Al”
“Oh, tunggu bentar!”cegah si Ogi. Kemudian dia beranjak ke rak yang berisi deretan buku-buku. Sepertinya sedang mencari sebuah buku. Setelah ia menemukan apa yang ia cari, kemudian menuju meja peminjaman. Beberapa detik ia sudah ada di depanku.
“Nih bukunya bagus buat kamu!”
“Apa nih? “Jangan Jadi Wanita Cengeng?”aku membaca judul buku itu.
“Memangnya aku cengeng ya?” tanyaku retoris.
“Udah, baca aja dulu bukunya, nanti kamu tahu sendiri.”
“Oke deh!” aku pun yang kesekian kalinya menyunggingkan senyum.
Kami pun beranjak ke meja kasir. Sayangnya aku kalah cepat sama si Ogi.
“Dari aku aja Al!” kata si ogi dengan gayanya yang sok cool.
“Ah kamu, bikin enak aja!” candaku.
“boleh, tapi ada syaratnya!”
“Apa tuh?”
“lain kali aku yang traktir ya!” pintaku.
“Siiiip…deh!”
Akhirnya kami pulang dengan menaiki motor masing-masing, aku menaiki si revo, dan Ogi menaiki motor gedenya.
***
Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar, berbaring tak karuan, tak ada kerjaan. Selain memang tak ada tugas kuliah, aku juga bingung harus ngapain. Setelah sekian lama menghabiskan waktuku dengan percuma, barulah muncul ide. Kuambil lap top ku yang ada di meja belajar. Kusambungkan kabel telepon dan adaptor. Kemudian kunyalakan, dan langsung log in di Yahoo Massenger, sekaligus log in di Facebook.
Kemudian di layer tampil nama-nama temanku, tapi semuanya padam, pertanda memang sedang offline, yang menyala hanya Kak Miftah, mmm…sedang apa ya dia? Musim apa nih di mesir?
Beberapa saat kemudian muncul tulisan:
Miftah_22: Assalamualaikum..
Alfa_emc2: Waalaikum salam, pa kbr niy?
Miftah_22: Alhmd baik, kbr dik n klrga gmn?
(Sebenarnya kabar keluargaku sedang tidak baik, tapi masa harus jujur sih?)
Alfa_emc2: baik jga kak, gmn d mesir? Lg musim apa?
Miftah_22: lagi musim dingin nih,,-8 drjt C
Alfa_emc2: Wah..dgin bgt tuh!!
Miftah_22: Ia nih, udah pake baju 4 lapis, pake jaket, pake surban, tapi tetep aja dingin!
Alfa_emc2: hahahaha..banyak banget tuh! Yang sabar aja ya!
Miftah_22: yam au gmn lg,
Alfa_emc2: ga kuliah kak?jam brp dsna?
Miftah_22: sabtu minggu libur dik, skrg jam 06.50. Skrg lg dmn?
Alfa_emc2: g d rmh, knp gtu?
Miftah_22:gmn kbr khnsa?
Duh…mulai deh ngomongin Khansa.
Alfa_emc2:duh al ga tau kak, sory. Soalnya lost contact.
Miftah_22:ow..ya udh ga papa
Alfa_emc2: Kak, al pamit dlu ya, assalamualaikum
Miftah_22: Wassalam, mangga wilujeng.

Aku memutuskan untuk tidak lama-lama chatting sama kak Miftah, soalnya nanti ujung-ujungnya pembicaraan akan berakhir pada sebuah nama yaitu khansa, dan itu yang membuatku bosan. Mengingatkanku pada masa lalu saja.
Untungnya kak miftah sudah memblokir Fb nya sendiri, karena menurutnya, keuntungan / royalty dari Fb sekian persen akan disumbangkan untuk membiayai perang yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Di TV memang tidak diberitakan bahwa Israel masih saja menyerang rakyat palestina, namun kenyataan di lapangan memang begitu.
Walaupun kak miftah memblokir fb nya, aku masih tetap dengan pendirianku untuk tidak memblokirnya. Bukannya aku mendukung agresi yang dilakukan Israel, namun karena belum adanya jejaring social serupa fb, yang diciptakan oleh umat muslim sendiri. Bahkan orang Indonesia, padahal kalau ada mungkin royaltinya akan disumbangkan untuk fakir miskin Indonesia. So far, selama aku menggunakannya dalam hal kebaikan, why not? Aku bisa bersilaturahmi (walau dlm dunia maya) dengan teman-teman SMP, teman-teman SMA, teman waktu di pondok dulu, dan masih banyak lagi teman-teman baru dari pelosok tanah air.
Nah sekarang aku bebas online di f b, karena kak Miftah memang tidak mengetahuinya.
Pertamakali, aku tulis apa yang aku fikirkan:
“Terkadang kenyataan hidup ini terasa begitu menyakitkan, tapi semoga saja ada hikmah dibalik semua ini. Yang kulakukan bukanlah mencela kegelapan, namun yang harus kulakukan adalah menyalakan lilin.”
Kemudian aku membagikan fikiranku. Selang lima menit, ada yang mengomentari, ternyata si Ogi.
Gi : Yup, bener bgt!!
Btw, dah mli dibca lim bkunya?
Alfa :hehehe…
Lom gi, tpi yg pasti mau dbca kok,
Gi : Ia donk! Hrs!!rekomendasi gi psti bagus,,:D
Alfa :ya…
Penykit narsisnya mli keluar tuh!!
Gi : ho..hoo…Al, tau ga?!
Ternyata fb itu diharamkan mnrut para ulama!
Alfa : kok bisa?
Gi : soalnya sekarang udh masuk waktu shalat dhuhur,
Shalat yuk!!
Kulirik jam di tanganku ternyata memang sudah memasuki waktu dzuhur. Kuberanjak dari kasur, dan mengambil air wudhu. Kucoba untuk lebih khusu dlm shalat dan setelah itu, aku bertilawah beberapa ayat. Selesai melipat mukena, aku mulai online lagi.

Gi : udah shalatnya?
Alfa : udah dong,,benr ya..klo dah shalat rasanya beda,,,gitu, sejuk,
Pokoke …damai nian hati ini,
Gi : Nah itu slh satu fadhilah shalat,
Alfa : udh rapatnya?
Gi : udh, alhmd
Alfa : Rapat apaan sih?
Gi : rapat pmbentukan panitia bwat penerimaan mhsswa baru, n orientasipsrta akademik,
Alfa :ow…
Gi, udh dlu ya, al mau baca dlu bkunya,,
Thanx 4 2 day!
Gi : Sama-sama, met baca!:D
Alfa : Assalamualaikum..
Gi : waalaikum salam
Aku pun langsung log out, kemudian menyalakan lagu-lagu dari lap top. Kemudian mulai membaca buku yang berjudul “jangan jadi wanita cengeng.”
-bersambung-